Makalah Sejarah 4 Kitab Yang diturunkan
Allah
A. Kitab Taurat
Kitab Taurat adalah kumpulan firman-firman Allah SWT yang diwahyukan
kepada Nabi Musa as. Kitab ini berlaku hanya bagi Nabi Musa as. dan Bani
Israil. Firman Allah SWT. “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab
(Taurat) kepada Musa. ” (QS. Al Baqarah: 87). “Dan Kami berikan kepada Musa
kitab Taurat dan Kami jadikan kitab Taurat petunjuk bagi Bani Israil.” (QS. Al
Isra’: 2).
Kitab Taurat ini hanyalah salah satu bagian dari Kitab suci agama
Yahudi yang disebut Biblia/Al Kitab (terdiri dari Thora, Nabiin, dan
Khetubiin). Di kemudian hari orang Kristen menamainya Perjanjian Lama (Old
Testament). Konon Taurat yang tertuang dalam Perjanjian Lama tersebut berasal
dari Nabi Musa as. dan dibagi menjadi lima kitab, yaitu :
1. Kitab Kejadian (Genesis) yang mengisahkan kejadian alam semesta,
kejadian Adam dan Hawa serta dikeluarkannya mereka dari surga, dan turunnya
Adam , dan sejumlah Nabi sampai Yusuf as.
2. Kitab Keluaran (Exodus) yang mengisahkan tentang keluarnya Bani Israil
dari Mesir yang dipimpin Nabi Musa as. akibat penindasan Fir’aun, keberadaan
Musa di Padang Tih, Semenanjung Sinai selama 40 tahun, munajat Musa as.
terhadap Yahwe (Allah SWT), sampai turunnya Sepuluh Perintah.
3. Kitab Imamat (Leviticus) yang berisi kumpulan hukum/syariat dalam agama
Yahudi.
4. Kitab Bilangan (numbers) yang menerangkan jumlah keturunan dua belas
Bani Israil pada zaman Nabi Musa as.
5. Kitab Ulangan (Deuteronomy) yang berisi pengulangan kisah kepergian
Bani Israil dari Mesir dan pengulangan kumpulan peraturan.
Kata Taurat berasal dari bahasa Ibrani: “Thora” yang berarti syariat
atau hukum. Kitab Taurat itu sendiri memang diturunkan dalam bahasa Ibrani.
Nama Taurat disebut dalam Al Qur’an sebanyak delapan belas kali. Isi pokok
kitab ini adalah Sepuluh firman atau Perintah (Ten Commandements) Allah SWT
yang diterima oleh Nabi Musa as. ketika berada di puncak gunung Thursina.
Sepuluh Firman atau Perintah yang mencakup asas-asas akidah (keyakinan)
dan asas-asas syariat (kebaktian) itu termuat dalam kitab Keluaran pasal 20:
1-17 dan Kitab Ulangan pasal 5: 1-21. Sepuluh Perintah Allah SWT tersebut
sebagai berikut:
1. Keharusan mengakui ke-Esa-an Allah dan mencintai-Nya.
2. Larangan menyembah patung atau berhala, sebab Alllah SWT tidak dapat
diserupakan dengan makhluk-makhluk-Nya baik yang ada di langit, di darat,
maupun di air.
3. Perintah menyebut nama Allah SWT dengan hormat
4. Perintah memuliakan hari Sabat (sabtu)
5. Perintah menghormati ayah-ibu
6. Larangan membunuh sesama manusia
7. Larangan berbuat cabul (mendekati zina)
8. Larangan mencuri
9. Larangan berdusta (menjadi saksi palsu)
10. Larangan berkeinginan memiliki atau menguasai barang orang lain dengan
cara yang tidak benar.
Selain Sepuluh Firman atau Perintah Allah SWT tersebut, Nabi Musa as.
juga menerima wahyu lain tentang cara melaksanakan sholat, berqurban, upacara,
dan lain sebagainya. Dalam menyiarkan ajaran tersebut, Nabi Musa as., dibantu
oleh saudaranya, Nabi Harun as.
Hanya saja, yang patut disesalkan, beberapa waktu lamanya setelah Nabi
Musa as. wafat, isi kitab Taurat telah diubah oleh pemuka Yahudi. Sebagian
firman Allah SWT dalam kitab tersebut mereka gelapkan, sebagaimana telah
diberitakan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an. “Dan mereka tidak memuliakan Allah
dengan kemuliaan yang semestinya saat mereka berkata: “Allah tidak menurunkan
sesuatu pun kepada manusia.” Jawablah (ya Muhammad): “Siapakah yang menurunkan
kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia,
kamu jadikan kitab itu lembarann-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu
perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah
diajarkan apa yang kamu dan bapak-bapak kamu belum ketahui.” Katakanlah: “Allah
(telah menurunkannya)”. Kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam
kesesatannya.” (QS. Al An’am: 91) Maksudnya Nabi Muhammad saw disuruh
meninggalkan orang-orang yang mempermainkan agama setelah menyampaikan petunjuk
yang benar.
Di antara isi Kitab Taurat yang diubah adalah tentang kerasulan
Muhammad dan sifat-sifatnya. Firman Allah SWT. “Apakah kamu (umat Muhammad)
masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal sebagian mereka telah
mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya,
sedang mereka mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 75) Ayat ini menegaskah bahwa di
antara orang Yahudi ada yang mengubah isi Taurat, antara lain yang berhubungan
dengan kerasulan Muhammad saw.
Setelah adanya perubahan isi dalam kitab Taurat tersebut, masihkah kita
wajib mempercayainya? DSalah satu cara menyikapi kitab Taurat seperti yang
diterangkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia karya Tim Penulis IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta: Djambatan, 1992.
“… Oleh karena itu keimanan umat Islam dengan Taurat sebagai satu di
antara kitab-kitab suci yang diwahyukan sebelum Al-Qur’an, sudah cukup dalam
bentuk membenarkan berita Al-Quran dan hadits Nabi, bahwa dulu Nabi Musa
menerima firmann-firman Tuhan, yang dinamakan dengan Taurat. Sebagian
firman-firman yang disampaikan kepada Musa itu disebutkan dalam Al-Quran dan
apa yang disebutkan Al-Quran itu tentu dipercaya sebagai bagian dari kandungan
Taurat”.
B. Kitab Zabur (Mazmur)
Kitab Zabur atau Mazmur adalah kumpulan firman Allah SWT yang
diwahyukan kepada Nabi Dawud as. Firman Allah SWT. “Dan Kami berikan (kitab)
Zabur kepada Dawud.” (QS. Al Isra’: 55)
Kata zabur (bentuk jamaknya zubur) berasal dari zabaraayazburu-zabr
yang berarti menulis. Makna aslinya adalah kitab yang tertulis. Zabur dalam
bahasa Arab dikenal dengan sebutan mazmuur (jamaknya mazamir), dan dalam bahasa
Ibrani disebut mizmor (nyanyian rohani yang dianggap suci).
Kitab ini berisi kumpulan mazmur, yakni nyanyian rohani yang dianggap
suci (Inggris: Psalm) yang berasal dari Nabi Dawud as. 150 nyanyian yang
terkumpul dalam kitab ini berkisah tentang seluruh peristiwa dan pengalaman
hidup Nabi Daud as. mulai dari mengenai kejatuhannya, dosanya, pengampunan
dosanya oleh Allah, sukacita kemenangannya atas musuh Allah, kemuliaan Tuhan,
sampai kemuliaan Mesias yang akan datang. Jadi kitab ini sama sekali tidak
mengandung hukum-hukum atau syariat (peraturan agama), karena Nabi Dawud as.
diperintahkan oleh Allah SWT mengikuti peraturan yang dibawa oleh Nabi Musa as.
Secara garis besarnya, nyanyian rohani yang disenandungkan oleh Nabi
Daud as. terdiri dari lima macam :
1. ratapan dan doa individu;
2. ratapan-ratapan jamaah;
3. nyanyian untuk raja;
4. nyanyian liturgy kebaktian untuk memuji Tuhan; dan
5. nyanyian perorangan sebagai rasa syukur.
Nyanyian pujian dalam Kitab Zabur antara lain, Mazmur:146
1. besarkanlah olehmu akan Allah. Hai Jiwaku pujilah Allah.
2. maka aku akah memuji Allah seumur hidupku, dan aku akan nyanyi
pujian-pujian kepada Tuhanku selama aku ada.
3. janganlah kamu percaya pada raja-raja atau anak-anak Adam yang tiada
mempunyai pertolongan.
4. maka putuslah nyawanya dan kembalilah ia kepada tanah asalnya dan pada
hari itu hilanglah segala daya upayanya.
5. maka berbahagialah orang yang memperoleh Ya’qub sebagai penolongnya dan
yang menaruh harap kepada Tuhan Allah.
6. yang menjadikan langit, bumi dan laut serta segala isinya, dan yang
menaruh setia sampai selamanya.
7. yang membela orang yang teraniaya dan yang memberi makan orang yang
lapar. Bahwa Allah membuka rantai orang yang terpenjara.
8. dan Allah membukakan mata orang buta, Allah menegakkan orang yang
tertunduk, dan Allah mengasihi orang yang benar.
9. bahwa Allah akan berkerajaan kelak sampai selamaalamanya dan Tuhanmu,
hai Zion! Zaman berzaman. Besarkanlah Allah olehmu.
Mazmur yang kini dimuat dalam Perjanjian Lama. Menurut Dr. F.L. Bakker,
pendeta Kristen dari Belanda dan penulis buku Sejarah Kerajaan Allah (judul
aslinya: Geschiedenis der Gods Openbaring) dari 150 nyanyian rohani dalam
Perjanjian Lama itu, hanya 73 di antaranya yang berasal dari Nabi Dawud as. (yakni
mazmur 3-9, 11-32, 34-41, 51-65, 68-70, 86, 101, 103, 108-110, 122, 124, 131,
138-145). Selebihnya adalah mazmur dari putra-putra Korah (yaitu mazmur: 42,
44-49, 84, 85, 87, 88), mazmur Asaph (50, 73-83), mazmur Ma’a lot (120-134),
dan mazmur Haleluyah (104-106, 111-113, 115-117, 135, 146-150).
C. Kitab Injil
Injil adalah kitab yang berisi firman-firman Allah SWT yang diwahyukan
kepada Nabi Isa as. (Yesus Kristus), putra dari Maryam. Firman Allah SWT. “Dan
Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil, di dalamnya (berisi) petunjuk dan
cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab sebelumnya, yaitu Kitab Taurat,
serta menjadi petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al
Maidah: 46)
Kata Injil semula berasal dari bahasa Yunani euangelion yang berarti
kabar gembira. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi Injil. Makna
dari kabar gembira yang dimaksud adalah karena Nabi Isa as. menggembirakan para
umatnya dengan berita akan kedatangan Muhammad saw sebagai utusan Allah SWT
yang terakhir untuk seluruh alam. Nabi Isa as. mengajarkan Injil kepada para
pengikutnya hanya selama tiga tahun. Tepatnya sejak usia 30 sampai usia 33
tahun. Lalu ia diangkat/diselamatkan oleb Allah SWT dari pengejaran kaum Yahudi
yang ingin menyalibnya.
Dalam berdakwah Isa almasih dibantu oleh dua belas orang muridnya yang
dalam Islam dikenal dengan sebutan Hawariyyun (murid-murid Nabi Isa yang sangat
setia). Mereka ialah :
1. Andreas
2. Simon Petrus
3. Barnabas
4. Matius
5. Yahya bin Zabdi
6. Ya’kub bin Zabdi
7. Thadeus
8. Yahuda
9. Bartholomeus
10. Pilipus
11. Ya’kub bin Alpius
12. Yahuda Iskariot
Isi yang terkandung dalam Injil ini berbeda dengan kitab-kitab
terdahulu. Kitab Taurat mengajarkan tentang Tauhid (ke-Esa-an Allah SWT), dan
Kitab Zabur mengajarkan puji-pujian (zikir dan doa) kepada Allah SWT, sedangkan
Injil mengajarkan tentang pembersihan jiwa-raga dari kekotoran (nafsu duniawi).
Dengan kata lain, Injil mengajak manusia untuk hidup zuhud, yakni pola hidup
yang tidak mengutamakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Sebagai umat Islam kita wajib mempercayai bahwa Injil merupakan kitab
dari Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Isa as. Akan tetapi umat Kristen
berpendapat lain. Menurut mereka, Injil adalah kisah atau laporan yang disusun
oleh para pengikut Isa Almasih tentang kehidupan Almasih, termasuk tentang
pengajarannya kepada Bani Israil atau Bangsa Yahudi agar mereka beragama secara
benar.
Penting untuk kita ketahui, bahwa Injil yang beredar sekarang ini
berbeda dengan aslinya. Kalau begitu dari manakah Injil yang ada saat ini?
Tidak lain karya orang-orang Yahudi yang ditulis beberapa waktu lamanya setelah
Nabi Isa as. wafat. Pada mulanya beredar puluhan Injil, namun dalam Synodes
(muktamar gereja-gereja) di Nicaea, - suatu tempat di Asia Kecil, dekat
Konstantinopel - pada tahun 325 M yang diadakan oleh Kaisar Constantinus,
diputuskan hanya empat injil yang sah.
1. Injil Matius karya Santo Matius yang disebut juga Lewi anak Alpius,
seorang Yahudi yang mula-mula bekerja sebagai pegawai pemungut pajak.
2. Injil Markus karya Markus bin Maryam. Sesungguhnya Markus adalah nama
gelar, sedangkan namanya sendiri adalah Yohana atau Yahya. Semula ia seorang
beragama Yahudi, kemudian masuk Kristen di tangan Petrus. Riwayat lain
mengatakan bahwa penulis Injil Markus adalah guru markus, ialah Petrus.
Markus adalah
kemenakan dari Barnabas, yang juga penulis Injil. Berdua mereka mengembara
(untuk berdakwah) mengabarkan Injil ke Roma, Afrika Utara dan akhirnya menetap
di Mesir. Ia meninggal dunia karena dibunuh oleh para penyembah berhala pada
tahun 62 M.
Markus, menurut
Ibnu Batrik yang juga penulis Masehi, tidak mengakui ketuhanan Yesus. Pahamnya
ini diikuti oleh pemeluk Nasrani di daerah dakwahnya seperti Afrika Utara,
Mesir, dan Habsy. ltulah sebabnya Najasi, Raja Habsyi pada masa Nabi Muhammad
saw. juga percaya sepenuhnya bahwa Isa anak Maryam bukanlah Tuhan, melainkan
Nabi dan Rasul sebagaimana Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul Tuhan yang lain.
3. Injil Lukas dikarang oleh Lukas, seorang tabib kelahiran Antiokia,
Yunani. Sumber lain mengatakan, bahwa ia seorang tukang gambar. Ia murid
Paulus, dan keduanya tidak pernah bertemu dengan Yesus. Dengan demikian baik
Lukas maupun Paulus bukanlah murid Yesus.
4. Injil Yahya. Menurut Encyclopedia Britanica, Injil Yahya ditulis pada
tahun 100 M oleh seorang ketua Gereja bernama Yahya atau John the Presbyter
yang tinggal di Episus. Jelaslah bahwa Injil Yahya bukan karya Yahya bin Zabid
Murid Yesus, sebab ia terbunuh pada tahun 70 M.
Prof. Stadlein
menegaskan bahwa Injil Yahya dikarang oleh seorang mahasiswa dari perguruan
Iskandariyah pada abad kedua masehi. Pendapat inilah yang cukup beralasan.
Mengapa? Injil Yahya mengajarkan ketuhanan Yesus, di mana ajaran tersebut
mula-mula datang dari mazab Iskandariyah yang kemudian disahkan oleh Kongres Nicea
pada tahun 325 M semasa Kaisar Constantinus.
Yang jelas Injil
Yahya sengaja ditulis untuk menegaskan tentang ketuhanan Yesus. Tentang sejarah
penulisan Injil Yahya ini lebih lengkap dan jelas diterangkan dalam buku Kuliah
Aqidah Lengkap karya Drs. Humaidi Tatapangarsa (terbitan Bina Ilmu, Surabaya).
Bahwa Injil
Yahya mengajarkan ketuhanan Yesus memang dapat dimaklumi, sebab ia ditulis oleh
pengarangnya memang untuk tujuan itu atas desakan dari orang-orang
disekitarnya.
Seorang penulis
Masehi dari Libanon, Jerjis Zuwen mengatakan: “Sesungguhnya Syirbantus dan
Abisu beserta pengikut mereka di waktu mengajarkan agama Masehi berpendapat
bahwa Al-Masih tidak lain adalah seorang manusia dan dia tidak ada sebelum
ibunya Maryam. Oleh karena itu pada tahun 96 M berkumpullah semua pendeta Asia
dan lain-lain di tempat Yahya. Mereka mengharapkan agar Yahya menulis tentang
Al-Masih dan menyerukan sebuah Injil yang belum ditulis oleh ahli-ahli Injil
yang lain. Lalu ditulisnya dengan cara tersendiri tentang ketuhanan Allsih.”
Penulis Masehi
lainnya, Yusuf Al-Dubai Al-Khauri menerangkan pula. “Sesungguhnya yahya
mengarang Injilnya pada penghabisan hidupnya atas permohonan pendeta-pendeta
Asia. Penyebabnya adalah karena di sana terdapat beberapa golongan yang
mengingkari ketuhanan Masih. Mereka meminta kepadanya agar ditegaskan ketuhanan
Al-Masih itu dan disebutkan apa-apa yang ditinggalkan oleh Matius, Markus dan
Lukas dalam Injil-injil mereka.”
Jadilah Injil
Yahya adalah satu-satunya Injil - di antara keempat Injil - yang diakui sah
oleh kalangan gereja, yang secara tegas mengajarkan ketuhanan Yesus.
Injil-injil
selain yang keempat itu dinyatakan sebagai injil Apocrypha (injil-injil yang
tidak sah, yang dilarang terbit dan harus dimusnahkan). Injil-injil yang
dinyatakan tidak sah tersebut, antara lain:
1. Injil Andreas
2. Injil Apeles
3. Injil Barnabas
4. Injil Duabelas
5. Injil Ebionea
6. Injil Ibrani
7. Injil Marcion
8. Injil Maria
9. Injil Mathias
10. Injil Nicodemus
11. Injil Orang-orang Mesir
12. Injil Philip
13. Injil Thomas
14. Injil Yakobus
15. Injil Yudas Iskariot
Sebagai umat
Islam, bagaimanakah seharusnya kita menyikapi keempat Injil (karya Matius,
Markus, Lukas, dan Yahya) yang ada sekarang ini? Umat Islam cukuplah
mempercayai bahwa Allah SWT pernah menurunkan Kitab Injil kepada nabi Isa as.
Akan tetapi Injil yang murni atau benar-benar berisi kumpulan firman Allah SWT
kini sudah tidak ada lagi. Maka kita sebagai umat Islam dilarang mempercayai
isi keempat Injil tersebut.
Di antara semua
Injil yang tersebut di atas - baik yang sah maupun tidak - sesungguhnya Injil
Barnabas yang menarik perhatian, terutama bagi umat Islam. Isi Injil Barnabas
banyak persamaannya dengan yang diberitakan Al-Quran. Sebab dalam kitab
tersebut, antara lain, diterangkan juga:
1. Yesus tidak disalib, yang disalib sebenarnya Yudas Iskariot yang telah
diserupakan oleh Tuhan - rupa dan suaranya - dengan rupa dan suara Yesus.
Sedang Yesus sendiri loncat bersama malaikat dan terus diangkat ke hadirat
Allah SWT (Pasal 215, 216, dan 217).
2. Yesus bukan anak Allah, bukan pula Tuhan, tetapi seorang Rasul (utusan)
Allah.
3. Bahwa putra Nabi Ibrahim as. yang akan disembelih karena perintah Allah
SWT adalah Ismail, bukan Ishaq seperti yang tersebut dalam Perjanjian lama yang
ada sekarang ini.
4. Mesias (yang dimaksudkan di sini “pembebas dunia” atau “juru selamat”)
atau Almasih yang dinanti-nantikan itu bukan Yesus akan tetapi Muhammad, Nabi
dan Rasul Allah yang terakhir.
Hanya saja, yang
patut disesalkan, Injil Barnabas oleh pihak Gereja digolongkan sebagai Injil
yang tidak sah, sehingga ditarik dari peredaran dan dimusnahkan. Tetapi pada
tahun 1709, Cremer Toland, seorang penasihat Raja Prusia menemukan naskah
tertua Injil Barnabas dalam bahasa Italia yang semula tersimpan rapi di
perpustakaan seorang terkemuka di Amsterdam. Dari naskah berbahasa Itali itulah
dibuat terjemahannya ke bahasa lain seperti bahasa Inggris, Spanyol dan Arab.
Penerjemahan
Injil Barnabas dari bahasa Itali ke Bahasa Arab dilakukan oleh Dr. Kholil
Sa’adah pada tahun 1908 dan dimuat dalam majalah Al Manar terbitan Mesir. Datl
Injil Barnabas berbahasa Arab itulah, Husein Abubakar dan Abubakar Basymeleh
menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
D. Kitab Alquran
Kitab Suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT adalah Al-Quran
Al-Karim yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dalam rentang waktu lebih
kurang 23 tahun meliputi periode Mekkah dan Madinah.
Secara etimologis Qur’an artinya bacaan atau yang dibaca. Berasal dai
kata qa-ra-a yang berarti membaca. Secara terminologis Al-Qur’an adalah wahyu
Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di samping Al-Qur’an, kitab
suci terakhir ini juga dinamai dengan nama-nama lain seperti Al-Kitab
(Al-Baqarah 2: 2), Al-Furqan (Al-Furqan 25: 1), Az-Zikru (Al-Hijr 15: 9),
Al-Mau’izhah (Yunus 10: 57), Al-Huda (Al-Jin 72: 13), As-Syifa’ (Yunus 10: 57)
dan lain-lain.
Keutuhan dan Keaslian Al-Qur’an
Berbeda dengan Kitab-Kitab Suci sebelumnya, Al-Qur’an terjamin keutuhan
dan keasliannya. Hal itu bisa terjadi pertama dan utama sekali karena adanya
jaminan dari Allah SWT:
”Sesungguhnya Akulah yang menurunkan Az-Zikra (Al-Qur’an) dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr 15: 9)
Kemudian yang kedua karena adanya usaha-usaha yang manusiawi dilakukan
sejak zaman Rasulullah SAW oleh para sahabat di bawah bimbingan Rasulullah SAW
dan oleh generasi berikutnya dan oleh setiap generasi kemudian. Usaha-usaha ini
dapat kita lihat antara lain dalam nuktah-nuktah berikut ini:
1. Rasulullah SAW
Sebagai seorang
yang ummi berusaha menghafalkan Al-Quran yang diturunkan Allah swt lewat
malaikat Jibril AS. Bahkan belum lagi wahyu selesai disampaikan Jibril beliau
segera menggerakkan kedua bibirnya untuk menghafal. Hal ini ditegur oleh Allah
swt seraya memberikan jaminan bahwa tanpa usaha, Allah akan membuat Nabi
Muhammad saw bisa membaca, hafal dan mengerti maksudnya. Allah berfirman:
“Janganlah kamu
menggerakkan lidahmu untuk membaca Al-Quran karena hendak cepat-cepat
menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kami lah mengunpulkan didadamu dan
membuatmu pandai membaca. Apabila kami telah selesai membaca-Nya, maka ikutilah
bacaan itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.”
(Al-Qiyamah 75:16-19).
Rasulullah saw
selalu mempergunakan sebagian besar
malamnya untuk taqarub, mendekatkan diri kehadirat Allah. Melakukan shalat dan
membaca Al-Quran dengan tartil . kemudian seperti yang diceritakan oleh Siti
Aisyah RA bahwa Jibril AS selalu mengunjungi Rasul pada setiap tahun untuk menyaksikan Rasul dalam bertadarrus dan
menghafal Al-Quran. Berkat perhatian dan upaya sungguh-sungguh, dan atas
bimbingan Jibril AS serta terutama jaminan Allah swt, sehingga Rasulullah
benar-benar menguasai Al-Quran dengan sempurna. Tiada seorang pun yang
mengungguli Rasul dalam penguasaan Al-Quran, yang menjadi titik tumpuan umat
Islam dalam masalah yang mereka perlukan (miftah faridh, 1989, hal 137-138)
2. Setiap Rasulullah Saw selesai menerima ayat-ayat yang diwahyukan,
beliau membacakannya kepada para sahabat dan memerintahkan kepada mereka untuk
menghafal dan kepada sahabat-sahabat tertentu diperintahkan oleh Rasul saw
untuk menuliskannya disarana-sarana yang memungkinkan waktu seperti di
pelepah-pelepah kurma, di tulang-tulang binatang, di batu-batu dan kulit-kulit
binatang serta sarana lainnya. Begitulah dengan sungguh-sungguh dan penuh
kecintaan para sahabat berusaha menghafal dan benar-benar menguasai Al-Quran.
3. Pada masa Abu Bakar As-shiddiq, atas atas anjuran Umar binKhatab,
Al-Quran dikumpul dalam sa`tu mushaf
oleh panitia tunggal yaitu Zaid bin Tsabit dengan berpedoman kepada hafalan dan
tulisan para sahabat. Ayat demi ayat disusun sesuai dengan petunjuk Rasulullah
saw sebelumnya, tapi surat demi surat belum lagi diurutkan sesuai dengan
petunjuk Rasulullah saw.
4. Pada masa Utsman bin Affan pembukaan Al-Quran disempurnakan dengan
menyusun surat demi surat sesuai dengan ketentuan Rasulullah saw dan
menuliskannya dalam satu system penulisan yang bisa menampung semua qiraat yang
benar. System penulisan itu dikenal dengan Ar-Rasmu Al-Usmani. Mushaf yang
dikenal dengan mushaf Usman disalin beberapa naskah dan dikirim ke pusat-pusat
pemerintahan umat Islam waktu itu untuk dijadikan pedoman dan standar
penulisan. Tugas pembukuan yang disempurnakan ini dilaksanakan oleh satu tim
yang diketahui oleh Zaid bin Tsabit, dengan anggota Abdullah bin Zubair, sa’id
bin ash dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam.
5. Pada masa-masa berikutnya para Ulama selalu berusaha menyempunakan
penulisan dan pemeliharaan AL-Qur’an sehingga lahirlah beberapa ilmu
pengetahuan yang mendukung pemeliharaan keaslian dan keutuhan AL-qur’an,
seperti ilmu tajwid untuk qaidah-qaidah qira’ah ilmu Nahwu sharaf dari segi
tata bahasa , ilmu khath dari segi penulisan , Ulumul Qur’an dan ilmu Tafsir
dari segi metodologi pemahaman, dan ilmu-ilmu lainnya.
Keistimewaan Al-Quran
Sebagai kitab Allah yang terakhir Al-Quran mempunyai beberapa
keistimewaan, antara lain sebagai berikut:
1.
Berlaku umum untuk seluruh umat
manusi di manapun dan kapan mereka berada sampai akhir zaman nanti.
2.
Ajaran Al-Quran mencakup seluruh
aspek kehidupan umat manusia .
3.
Mendapat jaminan pemeliharaan dari
Allah swt dari segala bentuk penambahan, penguranga dan pemalsuan.
4.
Allah swt menjadikan Al-Quran
mudah untuk dipaham, dihafal dan diamalkan.
5.
Al-Quran berfungsi sebagai nasikh,
muhaimin dan mushaddiq tehadap kitab-kitab
suci sebelumnya.
6.
Al-Quran berfungsi sebagai
mukjizat bagi Nabi Muhammad saw.
Al-Quran dijamin oleh Allah swt keutuhannya sampai akhir zaman karena
memang Al-Qran bersiifat universal , berlaku untuk seluruh manusia di mana dan
kapan saja. Berbeda dengan kitab-kitab Allah sebelum yang bersifat local untuk
umat tertentu.
Kitab Al-Qur’an, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan
petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia, bukan hanya bangsa Arab.
Perhatikan
Firman Allah SWT :
”Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan
bahasa Arab, agar kamu memikirnya.” (QS. Yusuf : 2)
Al-Qur’an sebagai kitab suci
terakhir isinya meliputi seluruh kitab-kitab terdahulu dan melengkapi
aturan-aturan yang belum ada. Pada dasarnya kitab-kitab Allah itu mengandung
ajaran yang sama, yaitu ajaran tentang tauhid atau mengesakan Allah. Selain
itu, tujuan diturunkannya kitab-kitab tersebut adalah agar menjadi pedoman
hidup guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Yang membedakannya hanya
tentang tata cara atau syari’atnya, disebabkan adanya perbedaan waktu dan
tempat.
Mantap
BalasHapusSyukron.ana .terbantu dengan materi antum .semogah mendapatkan berkah .
BalasHapusAaminnn
Aamiin, makasih
HapusTerimah kasih tanpa itu anakku gak tau pulak kisi kisi agama
BalasHapusMaaf lain kali tidak usah bawa bawa ajaran agama Kristen, urus saja agamamu sendiri
BalasHapus