Cerpen : Antara Persahabatan dan Cinta




Antara Persahabatan dan Cinta
 Karya :  Lela Gusti Rahmawati
Hari ini hari minggu yang cerah. Cuacanya sejuk dengan kicauan burung yang membangunkanku. Aku bangun lalu pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Sesudah itu aku sarapan dan bersantai-santai. Dering hp pun berbunyi, ternyata Fira, vira adalah teman sekelasku. “Ya ada apa?” jawabku. “Jalan yuk, aku bête nih dirumah.” Ajaknya. “Ya udah entar aku ke rumah kamu ya”, jawabku lagi. “Oke, aku tunggu ya”, lalu sambil menutup telponnya.
Aku dan Fira berteman sudah lama sekali, mungkin bias dikatakan solumate. Aku mandi dan bersiap untuk kerumah Fira, sesampainya dirumah Fira aku masuk kekamar Fira. “Hai Fir,” sapaku. “Kamu kagetin aku aja” jawabku, “Em ya maaf, ngomong-ngomong kita mau kemana sih” tanyaku. “Udah lah ntar kamu ngikut aku aja” sambil keluar kamar. “Okee” jawabku lirih.
Kami melintasi sepanjang jalan sambil ngobrol. Setelah muter-muter, kami mampir ditempat makan untuk istirahat dan makan siang. Dengan tidak sengaja Fira bertemu pacarnya, Raffi namanya, Raffi itu cowo yang dijodohkan oleh hampir semua cewe disekolah. Fira bru pacaran sama Raffi, tapi Fira sudah cinta mati sama Raffi. Raffi terkenal playboynya disekolah, tapi masih aja yang suka sama Raffi. Lalu Raffi pergi meninggalkan kita kita. Aku ngobrol-ngobrol dengan Fira. “Kamu nggak takut sakit hati apa Fir, Raffi kan terkenal playboy”, tanyaku. “Kamu tenang aja, aku nggak akan sakit hati kok, lagipula Raffi baik kok sama aku” jawabnya. Lalu aku melanjutkan makan. “Eh udah sore nih, kita pulang yuk” pintaku. Fira tidak menjawab dan kami langsung pulang. Tiba dirumah aku langaung ke kamar untuk istirahat. Rasanya aku tidur dengan nyenyak sekali. Sangking nyenyaknya, aku sampai bangun kesiangan. Lalu aku bergesa untuk mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sampai disekolah, keadaan sekolah sudah sepi, aku langsung menuju ke kelas dan membuka pintu, ternyata gurunya tidak menyadari kedatanganku karena lagi nulis dipapan tulis.
“Habis ngapain sih, telat sampai sesiang ini,” sambil bisik-bisik. “Aku bangun kesiangan, gara-gara kemarin” Jawabku. “Mila, jangan brisik.” Bentak bu guru. “Ya bu” langsung diam. Emapt jam pun terlewat sudah. Bel istirahat sudah berbunyi, aku dan Fira langsung ke kantin, lalu memesan makanan. Ketika makanan datang, aku langsung makan. “Kamu laper apa gimana sih Mil, makan kaya nggak makan seabad aja.” Tanyanya heran. “Aku laper tau, tadi pagi aku gak sempet sarapan,” sambil lanjutin makan. Waktu makan Raffi datang menghampiri aku dan Fira, lalu duduk disamping Fira. Lalu kita ngobrol dan melanjutkan makannya. Bel masuk pun berbunyi. Aku membayar makanan dan langsung pergi ke kelas. Lewatlah pelajaran demi pelajaran dan sampailah pada saat yang dinanti-nanti, bel pulang pun berbunyi.
Aku membereskan buku dan memasukkan kedalam tas dan langsung pulang. Aku pulang sendiri, biasanya sih sama Fira, tapi kali ini Fira diantar oleh pacarnya yaitu si Raffi. Sampai dirumah aku langsung ke kamar dan langsung tidur. Aku dibangunkan ibuku dan menyuruhku untuk makan malam. Lalu aku bangun dan aku cuci muka dan langsung makan.
Malam ini sangat sepi, kedua orang tuaku pergi ke rumah saudaranya karena ada yang sakit. Lalu aku menelepon Fira. “Halo Fir,” sapaku. “Ada apa Mil.” Jawabnya. “Aku lagi bête nih, rumah sepi ngga ada orang.” Jawabku. “Emang lagi pada kemana.” Tanya Fira. “Lagi kerumah saudara katanya ada yang sakit, jadi jenguk gitu.” Jelasku. “Makanya cari pacar dong, biar ngga kesepian he… he… he” ledeknya. “Heem soal pacar gampang lah, eh ngomong-ngomong kamu lagi ngapain?” tanyaku. “Lagi duduk-duduk aja nih.” Jawabnya, “Oh yaudah dulu ya, aku udah ngantuk nih.” Ku bilang, “Ya udah, bye” jawabnya lalu mematikan telfonnya. Aku langsung tidur.
Paginya aku bangun seperti biasa untuk sekolah. Aku mandi, lalu bersiap-siap untuk sekolah. Aku sarapan lalu berangkat sekolah. Lalu aku masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasanya. Istirahat, seperti biasa aku dan Fira pergi kantin. Lalu kami pesan makanan. Sambil nunggu makanan datang aku ngobrol-ngobrol dengan Fira. Ketika makanan datang aku dan Fira makan. Setelah makan kami berdua langsung ke kelas. Bel pun berbunyi. Kali ini aku pulang sama Mila. Aku mengantarnya sampai rumah, kami satu jurusan dengan Fira. Sampailah dirumah.
Malampun telah datang, aku menonton untuk menghilangkan jenuh, tiba-tiba hapeku berbunyi. “Kamu kenapa Tumben Fira telpon” batinku. “Ya Fir, tumben kamu telfon aku” tanyaku. Terdengar Fira sedang menangis.” Kamu kenapa Fir? Kok nangis sih” tanyaku. “Raffi selingkuh Mil, Raffi selingkuh,” Sambil menagis” “Apa ku bilang Raffi itu playboy, buaya darat, kamu nggak dengerin aku sih.” Jawabku “Gue harus gimana Mil, Apa salahku coba, dia tega-teganya selingkuhin aku, mutusin aku.” Jawabnya lagi. “Emang kamu tau dari mana kalau Raffi selingkuh.” Tanyaku kepo. “aku lihat sendiri, waktu aku nganterin ibu aku, dia lagi jalan sama cewek lain” Jawabnya. “Ya udah lah Fir, sabar aja, toh masih banyak cowo yang lebih setia dari pada Raffi” jawabnya “Yaudah makasih ya mil atas motivasinya, emang kamu sahabat paling baik” katanya. “Oke, udah dulu yah, aku dipanggil tuh” lalu aku mematikan telfonnya.
Pagi telah tiba aku berangkat sekolah dengan Fira. Disepanjang jalan menuju sekolah, Fira cerita tentang perasaannya yang sudah dikhianati oleh Raffi. Sampai dikelas, Fira bilang kepadaku. “Mil kamu mau nggak bantuin aku” katanya. “Apa sih yang nggak buat kamu.” Ledekku. “Serius MIila,” dengan muka serius. “Ye deh, kamu mau aku bantu apa?” jawabku. “Kamu mau nggak pura-pura pacaran sama Raffi lalu kamu putusin Raffi.” Jelasnya. “Tapi Fir” omongku lalu dipotong. “Please Mil, kamu kan sahabat aku, masa kamu nggak mau bantuin sahabat kamu sendiri.” Pintanya. Aku mikir sejenak. “Beri aku kesempatan buat mikir dong,” pintaku. “Ah nggak usah kebanyakan mikir, pokoknya kamu harus mau,” Pintanya lagi.”Em yaudah deh.” Jawabku. Pikiranku jadi nggak konsen saat pelajaran memikirkan idenya Fira yang konyol itu.
Malamnya Fira telfon aku dan menjelaskan panjang lebar rencananya. Aku hanya bias ya, ya aja. Memang sih aku sama Raffi tidak terlalu dekat Cuma sekedar tau, tapi mungkin Raffi tak mengenaliku sangking banyaknya cewe yang Raffi kenal.
Malampun sudah berganti dengan pagi yang dingin aku bangun dan bergegas mandi, karena mau berangkat sekolah. Waktu aku berangkat Fira sudah menunggu didalam kelas. Saya duduk disampingnya, lalu Fira menjelaskan lagi rencana yang harus aku lakukan. Bel istirahat telah tiba seperti sudah direncanakan aku duduk dikantin sendiri. Aku menarik perhatian Raffi, lalu Raffi pun mendekatiku dan duduk semeja denganku. “Hay, kamu anak baru ya?” Tanyanya. “Bukan kok, aku udah lama sekolah disini.” Jawabku. “Oh, boleh kenalan dong, namaku Raffi, kalau kamu siapa?” sambil mengulurkan tangan, lalu aku menyambut tangannya. “Aku Mila” jawabku. Lalu kami bertukaran nomer hp. Bel masukpun berbunyi,lalu aku meninggalkan Raffi dan masuk kekelas. Lalu aku dan Fira merencanakan lagi apa yang selanjutnya aku lakukan. Saat pelajaran aku dan Fira hanya membahas tentang rencana itu. Tanda pulang sudah berbunyi, akupun puang lalu istirahat. Pada malamnya Raffi menelfon aku, dan berbincang-bincang.
Waktupun terus berjalan aku dan Raffi semakin dekat dan semakin akrab. Saat-saat yang ditunggu pun datang, Raffi menyatakan cintanya kepadaku. Lalu aku langsung nelfon Fira, “Fir gimana nih, Raffi nembak aku..” tanyaku. “Ya udah trima aja, tapi kamu kamu jangan suka beneran, ini Cuma boongan.” Jelasnya. “Ya udah deh, jawabku singkat. Lalu aku pun menjawab dan menerima cintanya.
Hari demi hari terus berjalan. Aku dan Raffi menjalaninya dengan normal, walaupun ini hanya pura-pura, tapi aku nyaman dnegan Raffi, Raffi[un sudah berubah dengan sikapnya yang playboy itu. “Mil, aku bener-bener sayang sama kamu, aku merasa nyaman bila didekat kamu,” katanya. “Paling itu hanya gombalanmu aja, jawabku. “nggak Mila, ini serius, aku bener-bener sayang sama kamu, aku hanya sayang sama kamu,” terangnya lagi. Mendengar omongannya, mungkin ini tulus dari hatinya Raffi. Aku diam dan langsung menutup telponnya. Tiba-tiba hapeku berbunyi lagi, ternyata Fira, pasti Fira mau bilang kalau aku harus mutusin Raffi, “Gimana Mil, kok kamu makin hari makin mesra aja sih sama Raffi, kamu nggak bener-bener cinta kan sama Raffi?” Tanya Fira. Aku terdiam sesaat, memikirkan apa yang harus aku katakana kepada Mila. Bahwa sebenarnya aku beneran cinta sama Raffi, tapi kalau aku bilang kaya gitu, bias-bisa persahabatan aku dan Fira hancur karena cinta, tapi aku nggak mau itu terjadi. Lamunanku dikagetkan oleh Fira, “Mil, jawab dong, apa jangan-jangan kamu beneran-bener sayang sama Raffi,” tanyanya lagi. “Enggak kok Fir, tenang aja,” jawabku sambil gelagapan. “Ya baguslah kalau gitu,” Lalu kita ngobrol-ngobrol sama Fira tentang hubungan ku selama ini dengan Raffi. Lalu aku menyudahi telfonnya dan tidur karena sudah larut malam.
Tapi sepanjang malam aku tidak bias tidur karena memikirkan tentang hubungan aku dan Raffi, sementara Fira adalah sahabatku, “Apa yang harus kulakukan, aku memilih Raffi, orang aku sayang atau Fira sahabatku sendiri. Paginya Fira sudah telfon aku bahwa aku harus mutusin Raffi siang ini juga. Aku langsung kaget dan terdiam. Dan akhirnya aku mengambil keputusan yang sangat berat. Siangnya, pada jam istirahat saya sms Raffi supaya menemuiku dikantin. Aku menunggu dikantin. Aku menunggu dikantin lalu Raffi pun datang. “Ada apa sayang, tumben?” katanya. “ada yang harus kita omongin, penting.” Jawabku. “Ya ada apa, kok kayaknya serius banget sih.” Lanjutnya. “Aku ingin kita putus, hubungan ini nggak bias kita lanjutin lagi, “Jelasku sambil meneteskan air mata. “Emang apa salah aku, kamu tiba-tiba bilang gitu sih.” Tanyanya lagi sambil berlinang air mata. “Pokoknya hubungan kita nggak bias dilanjutin lagi,” kataku sambil meninggalkan Raffi. Aku masuk ke kelas. “Aku sudah mutusin Raffi, “Kataku Firra. “Oh, baguslah biar Raffi tau gimana rasanya sakit hati.” Jawabnya senang. Bel pun berbunyi, aku pulang dan langsung merenungi hal itu. Akhirnya akupun tahu bahwa aku harus bijak lagi dalam mengambil keputusan. Aku mempertahankan persahabatanku dengan Firra dan mempertaruhkan cintaku dengan Raffi.
Aku mengambil hikmahnya, mungkin bukan jodohnya aku dengan Raffi dan kalau pun jodoh pasti akan kembali lagi pada kita sendiri.
Pertahankan persahabatan kita.


Komentar