Logika Induktif
Ditinjau dari segi asal kata,
maka kata ‘logika’ adalah dari kata ‘logos’ yang berarti ‘pengertian atau
pemikiran atau ilmu’. Sedangkan ditinjau dari makna esensialnya, maka logika
adalah ‘cabang dari filsafat ilmu pengetahuan dan logika juga merupakan bagian
yang sangat mendasar dalam kerangka berfikir filsafat’. Berdasarkan pengertian
tersebut maka logika merupakan bagian yang sangat penting atau mendasar dalam
studi filsafat ilmu pengetahuan (Oesman, A. 1978; Copi, I.M. 1978).
Logika induktif adalah ‘sistem
penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal
khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.
Pemakaian logika induktif ini
berbahaya karena bisa terjadi terlalu cepat mengambil kesimpulan yang berlaku
umum, sementara jumlah kasus yang digunakan dalam premis kurang memadai. Selain
itu pula, kemungkinan premis yang digunakan kurang memenuhi kaedah-kaedah
ilmiah.
Ciri-ciri logika induktif antara lain:
- Sintesis
Kesimpulan ditarik dengan
mensintesakan kasus-kasus yang digunakan dalam premis-premis.
- General
Kesimpulan yang ditarik selalu
meliputi jumlah kasus yang lebih banyak
- Aposteriori
Kasus-kasus yang dijadikan
landasan argumen merupakan hasil pengamatan inderawi
- Kesimpulan tidak mungkin mengandung nilai kepastian mutlak (ada aspek probabilitas)
Secara umum, logika induktif
sulit untuk dibuktikan kebenaran/ke-reliable-annya dilihat dari
ciri-cirinya.
Sebagai contoh:
Strong Inductive/Induktif kuat
-
Besi (logam) apabila dipanaskan memuai
-
Perunggu (logam) apabila dipanaskan memuai
-
Perak (logam) apabila dipanaskan akan memuai
-
Jadi, logam (besi, perunggu, perak) apabila dipanaskan akan memuai.
Buktinya sangat kuat. Hampir semua logam bila
dipanaskan akan memuai.
Weak Inductive/Induktif lemah
-
Apel di Toko A rasanya manis
-
Apel di Toko B rasanya manis
-
Apel di Toko C rasanya manis
-
Jadi, semua apel rasanya manis.
Buktinya lemah. Tidak semua apel rasanya manis,
karena ada juga apel yang rasanya masam.
Dari contoh di atas antara Strong Inductive dan
Weak Inductive, bisa diambil kesimpulan bahwa logika induktif bisa menjadi reliable
ketika kebanyakan orang sudah pernah mengalaminya sendiri atau menurut pendapat
kebanyakan orang secara global.
Logika Deduktif
Pengertian logika deduktif adalah ‘sistem penalaran
yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya (form)
serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian yang diturunkan dari pangkal
pikiran yang jernih atau sehat’. Atau logika deduktif adalah ‘suatu ilmu yang
mempelajari asas-asas atau hokum-hukum dalam berfikirm hokum-hukum tersebut
harus ditaati supaya pola berfikirnya benar dan mencapai kebenaran’ (Sudiarja,
dkk., 2006; Copi, I.M. 1978).
- Dalam kajian logika deduktif, secara umum macam-macam definisi dibedakan menjadi tiga, yaitu:Definisi nominalis, yaitu ‘definisi yang menjelaskan sebuah istilah’. Definisi nominalis dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) definisi sinonim, yaitu penjelasan dengan memberi arti persamaan dari istilah yang didefinisikan. Contoh: Valid adalah ‘sahih’; Sawah-ladang adalah ‘lahan pertanian terbuka’, Universitas adalah lembaga pendidikan tinggi tempat mendidik mahasiswa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan sebagainya; (2) definisi simbolik, yaitu penjelasan dengan memberikan persamaan dari istilah berbentuk simbol-simbol. Contoh, ( p => q ) = df – ( p Λ – q ), di baca, Jika p maka q, didefinisikan non (p dan non q); dan (3) definisi etimologis, yaitu penjelasan istilah dengan memberikan uraian asal usul istilah atau kata tersebut. Contoh. pengertian kata ‘filsafat’ berasal dari bahwa Yunani terdiri dari kata ‘philein’ yang berarti cinta dan ‘sophia’ yang berarti kebijaksanaan, dan sebagainya.
- Definisi realis, yaitu ‘penjelasan tentang sesuatu atau hal yang ditandai oleh suatu istilah’. Definisi realis dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) definisi essensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan bagian penting atau mendasar tentang sesuatu hal yang didefinisikan. Contoh, definisi ‘manusia’, adalah makhluk yang mempunyai unsur jasad, jiwa dan ruh; Definisi ‘nilai’, adalah sesuatu yang diagungkan atau dijadikan pedoman hidup; (2) definisi deskriptif, yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki oleh sesuatu yang didefinisikan. Contoh, Bangsa Indonesia adalah ‘bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan’, dan sebagainya.
- Definisi praktis, yaitu ‘penjelasan tentang sesuatu istilah atau kata dari segi manfaat dan tujuan yang hendak dicapai’. Contoh: (1) ‘filsafat’ adalah ‘pemikiran secara kritis, sistematis, rasional, logis, mendalam dan menyeluruh untuk mencari hakikat kebenaran’; (2) ‘Universitas atau Institut’ adalah lembaga pendidikan tinggi untuk mendidik dan mencetak sarjana yang berkualitas yang berguna bagi masyarakat’ (Mundiri, 1994; Maram.R.R. 2007).
Ciri-ciri dari logika deduktif adalah:
- Analitis
Kesimpulan daya tarik hanya
dengan menganalisa proposisi-proposisi atau premis-premis yang sudah ada
- Tautologies
Kesimpulan yang ditarik
sesungguhnya secara tersirat sudah terkandung dalam premis-premisnya
- Apirori
Kesimpulan ditarik tanpa
pengamatan indrawi atau operasi kampus.
- Argument deduktif selalu dapat nilai sahih atau tidaknya.
Penyimpulan deduktif, yaitu
pengambilan kesimpulan dari prinsip atau dalil atau kaidah atau hukum menuju
contoh-contoh (kesimpulan dari umum ke khusus). Contoh: (a) – Setiap agama
mengakui adanya Tuhan; – Budiman pemeluk agama Islam; – Jadi, Budiman mengakui
(beriman) kepada Tuhan Yang Esa; (b) – Universitas Gadjah Mada mempunyai
beberapa fakultas dan program studi; – Ani mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik; – Jadi, Ani mahasiswa Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
Logika deduktif bisa berbahaya apabila salah dalam
mengambil/menyusun kesimpulan. Sebagai contoh:
-
Pasir adalah material dasar sungai (premis major)
-
Lempung adalah material dasar sungai (premis minor)
-
Lempung adalah pasir (kesimpulan)
-
Semua karyawan di PT. Anaconda mempunyai IQ tinggi (premis major)
-
Komar bukan karyawan di PT. Anaconda (premis minor)
-
Komar tidak ber-IQ tinggi (kesimpulan)
Kesalahan ini sering terjadi
karena menganggap kata “adalah” selalu berarti “sama dengan”. Perlu diingat
bahwa kata “adalah” tidak selalu berarti “sama dengan”.
Komentar
Posting Komentar